"NI HAO !!! BACALAH..."
Sepertinya, DRAMA sudah melekat di hati anak-anak IPA sekarang. Bagaimana tidak? Saat kita kelas XI IPA, drama-drama mulai lahir satu per satu bermunculan dan terbawa hingga sekarang. DRAMA semakin tumbuh subur di dalam hati anak-anak IPA khususnya kelas XII (kelas aku). Belum selesai drama yang satu, drama lain sudah menunggu. Bisa jadi jurusan kita berubah menjadi IPA BAHASA. Tapi kita harap, kita segera terbebas dari tugas-tugas drama, ya karena kita tahu sebentar lagi kita akan menghadapi ujian. So, kita harus lebih fokus pada ujian. Tapi, kalau aku mah ya suka-suka aja dalam proses pembuatan drama.
Kebetulan, guru conversation kita, Mr.Ruby waktu itu memberi pilihan, DEBATE atau DRAMA. Akhirnya, XII IPA memilih untuk drama saja. Tapi setelah itu ada beberapa anak yang mengeluh, "Kenapa kita nggak milih debate aja..." Tapi menurutku, asal drama kita laksanakan dengan senang hati tanpa ada beban, semuanya pasti akan berjalan dengan baik. Tema yang Mr. Ruby berikan adalah L.O.V.E. Pasti kita sudah mengenal yang satu ini khan? Cinta ini bisa dalam berarti universal, tidak terpaku pada pacaran saja, bisa yang lain...
Kelompok aku terdiri dari 8 orang. Kelompok dengan jumlah anggota paling banyak sendiri (kayaknya).
1. Andrew Hans Ritdrix
2. Fransiska Oktavia
3. Handi Wiranata
4. Karina Aprillia
5. Khrisanto Sanjaya
6. Lisa Maghdalena
7. Margaretha
8. Royman Taruli Tua
Pertama, kita disuruh kumpul dalam satu kelompok dan berdiskusi. Kebetulan, Handi nggak masuk jadinya kelompok kira rada 'tenang'. Aku bingung, siapa yang bakalan menjadi pemeran utama, antara Handi atau Royman. Aku putuskan, Royman yang jadi pemeran utama. Tapi, aku bingung mau cerita apa? Homo? Atau apa nih? Aku sih pengen munculin unsur humor nya si Royman, muka dia khan udah ancur banget tuh, nah bisa jadi bahan tertawaan... *maaf* Muncullah satu konsep, yaitu dunia pekerjaan. Tapi, selama 1 jam 30 menit belum ada hasil yang pasti alias masih melanglang buana. Hahahaha
Jujur aja, pertama aku seneng banget ada drama lagi, tapi pelaksanaannya susah banget. Dari buat script aja tuh males-males an. Minggu pertama adem ayem aja, nah saat minggu kedua setelah diberi tugas drama, aku berpikir, "Gila, belum ada naskah sama sekali... Gimana nih? Bisa-bisa ntar tugas numpuk..." Akhirnya aku putuskan, sehari sebelum pertemuan pelajaran conversation, aku membuat naskah awalnya. Alasannya kalau ditanya ama Pak Ruby biar bisa gaya sedikit, "Lagi dalam proses pembuatan nih..." Hahahaha... Jadilah 3 halaman. Sebenarnya kerangka naskah nya sudah dibuat, dalam pikiranku sudah ada, oh ini... oh itu... oh begini... oh begitu. Tapi susahnya tuh saat proses penuangannya ke dalam bentuk naskah. Susahnya minta ampun, karena aku tuh paling males ngetik.
Tapi entah malaikat dari mana, aku tiba-tiba semangat menulis naskah dalam Bahasa Indonesia. Aku tidak terlalu ambil pusing dengan bagaimana terjemahin naskahku, karena sudah ada salah satu anggota kelompok aku yang bersedia menerjemahkannya, dia adalah Andrew Hans Ritdrix. Hmm, aku agak kagum dan speechless juga sama dia, dalam waktu singkat, dia bisa nerjemahin begitu banyak naskah. Dan hasilnya pun memuaskan. Aku cerita ke papaku betapa hebatnya si Andrew, terus papaku ngomong, "Nah, sekarang tanya, bagaimana dia bisa nerjemahin secepat itu..." Tapi sampai sekarang aku belum nanya in... Hahahaa
Puji Tuhan, entah aku harus bersyukur atau tidak, naskah sudah selesai. Dengan panjang halaman sebanyak 22 lembar HVS, no spacing. Awalnya aku bergumam, mudah-mudahan teman sekelompokku tidak mati gara-gara melihat naskah ini. Harus kalian ketahui, waktu itu aku pernah buat naskah BAHASA INDONESIA sebanyak 20 halaman dan itu masih pakai spasi, nah kalo yang ini lain naskah pakai BAHASA INGGRIS sebanyak 22 halaman dan TIDAK menggunakan SPASI. Makanya, kalau nyuruh aku nulis naskah harus pakai spasi soalnya otakku akan memerintakan untuk memberhentikan produksi imajinasi kalo udah mencapai angka 20. Nah, ini beda sama yang kemarin, nggak pakai spasi sedangkan otakku terus mengeluarkan ide sampai batas maksimum yaitu 20 halaman. Jadi jangan heran, kalau aku selalu menggunakan spasi dalam naskah ku itu dikarenakan untuk menjaga ke'khilaf'an diriku...
Untuk pemilihan judul, aku bingung saat harus menentukan judulnya apa. Aku buka-buka daftar lagu, ada satu kata yang membuat hatiku bergetar PARADISE. Hmm, dibuat judul kayaknya bagus. Pertama aku tunjukkin ke teman aku, judul PARADISE bagus nggak sih? Waktu itu aku tanya ke Siska, judul mana yang bagus. Waktu itu aku kasih 3 pilihan, PARADISE, MY PARADISE IS YOU, satu lagi lupa. Aku kira dia milih PARADISE makanya aku ikutin, padahal aku suka judul yang kedua, taunya Siska tuh pengen yang MY PARADISE IS YOU juga. Fiuh, sama deh...
Akhirnya, setelah naskah sudah jadi, aku langsung meminta supirku untuk photo copy naskah sebanyak 8 (sesuai dengan jumlah anggota kelompokku). Satu orang harus bayar Rp 3.500,- Setelah diberikan ke masing-masing anggota, kita pertama reading dulu. Pertama, dimulai hari Sabtu, setelah aku selesai ikut ekskul Jurnalistik. Muka teman-temanku sudah lusuh semua, harusnya enggak donk, demi keuntungan oribadi mereka mau pulang sampai sore, nah ini naskah udah dibuatin, tinggal belajar baca aja kok masih aja ada yang mengeluh. Ya, aku harus tegas donk, masa aku juga ikut-ikutan malas, nggak niat, pasti bakal hancur deh... Si Royman, juga susah banget diaturnya, pengennya mau pulang terus, suruh latihan buat video, ketawa terus. Maunya apa sih tuh manusia???? (-.-#)